Suaranusantara.com- Menurut Henry Yosodiningrat, bagian Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Pemilu 2024 menjadi yang paling menegangkan yang pernah ada. Ini terjadi karena berbagai bentuk tekanan yang berasal dari penguasa yang dirasakan juga oleh masyarakat.
Ia menganggap suasana ini sebagai yang paling tegang yang pernah dialami. Semua itu terjadi karena tekanan-tekanan yang dihadapi dari pihak penguasa.
“Saya merasakan pemilu kali ini pemilu yang paling menegangkan. Kenapa? Karena semua denyut nadi masyarakat kita ini merasakan adanya tekanan-tekanan dari penguasa,” ucap Henry di Media Center TPN Ganjar-Mahfud, Gondangdia, Jumat (29/12).
Baca Juga:Â TPN Ganjar-Mahfud Sebut Pembagian Bansos Pemerintah Saat Pemilu Berpotensi Menimbulkan Pelanggaran
Henry juga menyuarakan bahwa pentingnya menghentikan tekanan ini. Bukan hanya karena takut kehilangan jabatan, tapi juga demi kesetiaan pada negara ini.
“Tolong hentikan tekanan-tekanan itu, jangan hanya karena takut, karena mempertahankan jabatan, takut dengan penguasa tapi mengkhianati bangsa ini,” imbuh dia.
TPN memandang keberpihakan penguasa di pemilu kali ini sangat terasa. Pihaknya bahkan mengeklaim mendengar banyak laporan pelanggaran yang ditolak oleh Bawaslu hingga KPU.
Ia juga menyinggung soal kriminalisasi dan permasalahan lainnya. Ada satu harapan yang ingin saya sampaikan kepada pemerintah. Saat ini, apa yang dirasakan masyarakat bukanlah hanya peserta Pemilu atau calon saja. Yang benar-benar terasa oleh masyarakat adalah adanya preferensi yang diberikan oleh penguasa, seperti KPU, dan juga adanya indikasi kecurangan.
“Terkait kriminalisasi dan sebagainya. Saya ingin menyampaikan satu harapan ya kepada pemerintah. Sekarang ini yang dihadapi oleh masyarakat bukan peserta Pemilu atau pasangan calon ya. Yang dirasakan masyarakat adalah keberpihakan penguasa, keberpihakan penguasa di sini ya KPU misalnya, termasuk kecurangan,” ujar dia.
Baca Juga:Â Cak Imin Kritik Pemecatan KH Marzuki oleh PBNU, Gus Ipul: PKB Juga Sering Copot Mencopot
“Saya mendengarkan keluhan bahwa mereka waktu di lapangan, waktu pertemuan-pertemuan, mereka berani memakai kaus atau seragam dari satu pasangan calon. Tapi ketika mereka sudah kembali ke lingkungannya mereka takut. Mereka nggak berani untuk pakai di situ,” tutupnya
Discussion about this post