Suaranusantara.com- Ketua Sekolah Partai DPP PSI yang juga Wakil Wali Kota Solo, Astrid Widayani diketahui pada Selasa 7 Oktober 2025 menyambangi kediaman Presiden ke 7 RI Joko Widodo atau Jokowi.
Ada sejumlah hal yang dibahas oleh Astrid bersama Jokowi dalam pertemuan yang berlangsung secara tertutup selama satu jam itu.
Astrid tak sendirian mendatangi kediaman Jokowi, dia ditemani oleh sang suami yang juga Anggota DPRD Solo Fraksi PSI, Sonny. Namun ketika masuk ke dalam rumah Jokowi, Astrid hanya seorang diri
Usai bertemu dengan Jokowi, Astrid sempat memberikan keterangan kepada awak media. Kata Astrid, pertemuannya dengan Jokowi hanya sekedar silaturahmi.
Lalu Astrid juga menyampaikan dirinya sempat berbicara dengan Jokowi pada saat bertemu di Bali beberapa waktu lalu.
Dalam pertemuan Selasa kemarin, Astrid berujar ada yang perlu diperdalam bahasan bersama Jokowi.
“Silaturahmi aja, silaturahmi. Kemarin sempat ketemu juga di Bali terus belum sempat ngobrol lama. Ini tadi melanjutkan obrolan kemarin saja,” kata dia kepada wartawan di kediaman pribadi Jokowi pada Selasa 7 Oktober 2025.
Wakil Wali Kota Solo itu sedikit membocorkan isi pertemuan dengan Jokowi. Yakni terkait peran anak muda dalam politik ke depan. Menurutnya, PSI sebagai partai anak muda diharapkan ke depan para anak muda tersebut mengambil peran dalam kancah politik nasional.
“Ke depan harapannya juga bagaimana anak muda bisa mengambil peran di politik. Kemudian pendidikan politik, saya sebagai kepala sekolah nanti juga diharapkan memberikan warna-warna baru tersendiri di pendidikan politik anak muda, khususnya generasi penerus Indonesia,” ujarnya.
Terlebih lagi, PSI kini tengah bersiap untuk mendirikan sekolah partai. Kata Astrid yang juga
Sebagai Ketua Sekolah Partai DPP PSI mengungkapkan masih menyiapkan konsep-konsep untuk sekolah partai. Saat ini konsep sekolah partai yang diketuai Kaesang Pangarep itu masih digodok.
“Ya baru kami siapkan konsepnya, konsepnya baru kami matangkan juga,” ucapnya.
Dalam konsep sekolah partai yang diusung PSI, dia menegaskan bahwa konsep tersebut berbeda dengan sekolah partai yang dimiliki sejumlah partai politik di Tanah Air.
“Harus beda, karena warna dan semangatnya juga beda PSI,” kata Astrid yang merupakan mantan Rektor Universitas Surakarta (UNSA).


















Discussion about this post