Suaranusantara.com – Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengecam para kritikus kebijakan hilirisasi nikel yang dianggapnya tidak berdasar dan berbahaya.
Ia menegaskan bahwa nikel adalah bahan baku strategis yang diminati oleh negara-negara maju untuk industri kendaraan listrik, khususnya baterai mobil listrik.
Bahlil mengatakan bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam nikel yang sangat besar dan berpotensi untuk meningkatkan nilai tambah dan kemandirian industri nasional. Ia pun mempertanyakan motif para kritikus yang seolah-olah ingin Indonesia tetap mengekspor nikel mentah dan mempromosikan kepentingan negara lain.
“Nah sekarang itu, kita fokus mengembangkan sumber daya alam atau mempromosikan negara lain? Ini lucu negara, atau ada apa nih?” ujar Bahlil dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta Selatan, Rabu (24/1/2024).
Bahlil menduga ada upaya lobi dari pihak asing untuk menggagalkan kebijakan hilirisasi nikel yang telah dicanangkan oleh pemerintahan Joko Widodo.
Ia juga menyoroti laporan IMF yang pernah merekomendasikan Indonesia untuk mempertimbangkan kembali pelarangan ekspor barang mentah.
“Hati-hati loh! Ini saya menghubungkan. Jangan sampai di bangsa ini ada antek-antek asing untuk masuk merusak tatanan dalam kebijakan publik. Bahaya ini,” tegas Bahlil.
Bahlil juga menunjukkan data bahwa permintaan nikel oleh negara-negara maju di masa depan akan terus meningkat. Ia menyebutkan beberapa negara yang membutuhkan nikel, seperti China, AS, Eropa, Jepang, dan Korea Selatan.
Bahlil menuduh bahwa negara-negara tersebut ingin Indonesia terus mengekspor nikel mentah, karena tidak bisa melobi Presiden Jokowi, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, dan dirinya sendiri. Ia curiga bahwa negara-negara tersebut berusaha melobi calon-calon pemimpin Indonesia yang lain agar membuka kembali ekspor nikel.
“Mereka ingin Indonesia ekspor barang mentah terus, karena tidak bisa melobi Pak Jokowi, tidak bisa melobi Luhut, dan tidak bisa melobi saya, mereka melobilah kepada calon-calon pemimpin lainnya untuk segera membuka kembali ekspor nikel,” ungkap Bahlil.
Bahlil membantah bahwa nikel akan ditinggalkan oleh industri kendaraan listrik, karena nikel memiliki kualitas jarak tempuh yang lebih baik daripada bahan baku alternatif seperti LFP.
“Apakah benar nikel akan ditinggalkan? Ini adalah kebohongan publik! Kenapa saya katakan demikian? Karena LFP itu hanya dipakai oleh Tesla kepada mobilnya yang standar. Karena kualitas jarak tempuhnya itu lebih bagus ke nikel dan itu Tesla sebagian juga masih memakai bahan baku nikel. Jadi jangan omon omon saja. Bahaya negara ini dibuat-buat begini,” pungkas Bahlil.
Discussion about this post