Buku yang baru saja selesai saya baca ini sebenarnya sudah ada di tangan saya sejak Ramadan yang lalu, tergolek lama di samping tempat tidur saya, namun entah kenapa saya belum mau membacanya.
Buku yang sudah lama saya cari, tak diduga, berkat kebaikan Ka Eka (Kepala Bagaian Humas Pemkab Lebak), saya mendapatkan buku ini, karena memang diterbitkan oleh Bagian Humas Pemkab Lebak.
Sepertinya layak untuk dicetak ulang, dan dibagikan saat HUT Lebak, karena sarat dengan pelajaran dan hikmah, serta dedikasi sosok dalam buku ini yang begitu tinggi kepada Lebak bahkan Banten agar bisa menjadi teladan bagi generasi sekarang.
Baru dua hari ini saya baca, saya langsung jatuh cinta, tak lepas, sampai selesai, bolak-balik saya baca, bukan saja karena ditulis oleh penulis kawakan yang juga salah seorang wartawan senior di Lebak, enak di baca, sosok yang ditulis biografi-nya ini juga memang sosok luar biasa, istimewa.
Uwes Qorny, sosok yang tidak asing, terutama dari mulai kalangan pergerakan seperti PII, organisasi kemahasiswaan Kumala. Maklum saja, beliau adalah penggagas, pendiri dan ketua umum pertama organisasi ini, ICMI. Karena hobinya di klub sepak bola Persira, Persib sampai PSSI, Uwes dikenal sebagai pemain tangguh. Sampai sebagai penggagas sekaligus ketua komite pembentukan Provinsi Banten.
Dari bakat memimpin dan organisasi, setidaknya sudah 28 organisasi dimasukinya.
Saya tidak mengenal sosok beliau secara langsung, karena saya tidak pernah tercatat sebagai Kumala yang beliau dirikan (belakangan saya cukup dekat dengan beberapa ketua Kumala). Namun, secara tidak langsung beliau cukup berjasa dalam perkembangan wawasan saya berikutnya, karena jasa beliau yang mendirikan Yayasan Saija Adinda, lewat perpustakaan nya (bukan perpustakan Saija dan Adinda yang sekarang), saya kerap mengunjungi dan membaca berbagai koleksi buku di perpustakan tersebut, saat masih SMA dulu.
Buku ini mengupas tuntas bagaimana alur hidup Uwes Qorny dari sejak belia dengan pernak pernik zaman kemerdekaan dan pemberontakan. Saat sekolah, menjadi mahasiswa dan berbagai kiprah beliau dalam berorganisasi. Dikenal sebagai sosok Sandekala, meminjam istilah penulis.
Kepemimpinan, penggagas, menyuarakan kebenaran, solidaritas, merupakan beberapa bagian kecil dari sosok Uwes Qorny.
Dari buku ini saya jadi tahu pula, ternyata cukup banyak orang Rangkasbitung dan Lebak menjadi tokoh penting Jawa Barat bahkan Nasional di berbagai bidang pendidikan, birokrasi, politik bahkan jabatan strategis di Jakarta. Dan Uwes cukup banyak memiliki sahabat di kalangan tokoh-tokoh Nasional di zaman nya.
Walaupun Uwes seorang PNS, namun lebih banyak dikenal berkiprah dalam berbagai organisasi pergerakan. Sosok yang komplit dan lebih banyak memikirkan kepentingan orang lain dan tanah kelahirannya, Lebak dan Banten.
Tokoh yang berjasa bukan hanya menghimpun para mahasiswa ke dalam Kumala, pers mahasiswa, dan media cetak, tokoh demonstran, mendirikan radio yang dikemudian hari menjadi RSPD Lebak. Bersama PII dan KAPPI menentang PKI sampai perjuangan pembentukan Provinsi Banten secara demokratis dan konstitusional.
Beberapa kali “tidak jadi” menjadi bupati atau menteri tidak membuatnya berhenti bergerak.
Dan saya sepakat jika Uwes dijadikan sebagai pejuang atau pahlawan Banten. Serta saya juga sepakat jika ruas jalan utama di Rangkasbitung dibagi dua, menjadi Jalan Multatuli dan Jalan Uwes Qorny. Mengingat bagaimana perjuangan nya yang luar biasa untuk Lebak.
Penulis adalah:
Dian Wahyudi, Komunitas Sinergi Banten
Discussion about this post