
Medan-SuaraNusantara
Percobaan bom bunuh diri dan serangan terhadap Pastor Albert Pandiangan saat memimpin Misa di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Jalan Dr. Mansyur, Medan, Minggu pagi (28/8/2016) kemarin merupakan hal yang tidak bisa dianggap sederhana. Kejadian yang sama pernah terjadi di Prancis hingga mengakibatkan terbunuhnya seorang Imam.
Demikian dikatakan Ketua Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) Muliawan Margadana, dalam keterangannya, beberapa waktu lalu.
“Penyerangan terhadap Pastor Albert yang dilanjutkan percobaan bom bunuh diri oleh pelakunya merupakan sebuah pesan bahwa di tempat yang penuh kedamaian pun, aksi teror dapat dilakukan tanpa hambatan,” katanya.
Untuk itu, lanjutnya, ISKA mendesak pemerintah khususnya jajaran Menko Polhukam segera mengungkap kasus itu dan sekaligus melakukan langkah strategis terhadap keamanan dan ketenangan umat dalam beribadah, sebagaimana dijamin oleh UUD’45.
“Sudah saatnya hal seperti ini disikapi dengan bijak dengan melakukan antisipasi hingga kejadian yang sama dapat dicegah di kemudian hari. Dengan tujuan agar ketenangan umat dalam beribadah juga semakin baik. Untuk itu ISKA mengusulkan pembentukan Crisis Management Team and Plan (CMTP) dan siap untuk memfasilitasinya,” ujar Muliawan.
Terinspirasi Teror Perancis
Sementara itu, Ivan Armadi Hasugian (18), tersangka pelaku yang diduga hendak mencoba melakukan bom bunuh diri dan menyerang Pastor Albert di Gereja Katolik Santo Yosep hingga kini masih terus didalami keterangannya.
Kapolresta Medan Kombes Pol Mardiaz Kusin Dwihananto mengatakan, tersangka mengaku melakukan hal tersebut karena melihat internet terkait aksi kejadian teror di Prancis pada beberapa waktu lalu. “Tersangka mengatakan melihat dari internet kejadian-kejadian di Prancis sehingga terinspirasi,” ujar Mardiaz di Mapolresta Medan, Minggu (28/8/2016) malam.
Mardiaz menuturkan, sejauh ini pihak kepolisian sudah memeriksa 9 orang saksi. Saksi tersebut, kata dia adalah pihak gereja dan keluarga. Sementara itu, polisi masih mendalami motif tersebut.
Terkait ransel tersangka yang diduga sebagai tempat meletakkan bom di dalamnya, Mardiaz mengaku hal tersebut masih dalam proses analisis tim labfor. Sementara itu, dalam penggeledahan di rumah tersangka, polisi menyita kabel, korek yang diambil pentulnya (ujung korek) dan beberapa buku pelajaran robotik.
Dalam kartu identitas yang didapat oleh polisi, tersangka Ivan Armadi Hasugian lahir di Medan, 22 Oktober 1998. Dia merupakan warga Tanjung Sari, Medan Selayang, Medan. Profesi di KTP tertulis pelajar/mahasiswa, belum kawin dan agama Islam.
Menurut keterangan warga di sekitar rumah orangtua tersangka, Ivan dikenal sebagai pemuda yang rajin shalat tapi pendiam dan sangat tertutup. Ayahnya sepanjang pengetahuan warga, bekerja sebagai pengacara, sementara ibunya menjadi PNS di puskesmas setempat. (yono)