Suaranusantara.com- Penemuan artefak kuno sering kali menjadi jendela menuju kehidupan masa lalu, namun kali ini, temuan di Kuwait membawa nuansa fiksi ilmiah ke dunia nyata.
Patung kecil berbentuk kepala alien itu menunjukkan betapa kreatif dan beragamnya ekspresi budaya manusia ribuan tahun lalu. Dari bentuk mata hingga struktur tengkoraknya yang memanjang, patung ini menawarkan cerita menarik tentang pertukaran budaya di masa Neolitikum.
Mereka menemukan sebuah patung tanah liat berwujud kepala kecil dengan tampilan menyerupai alien modern di kawasan Bahra 1, Kuwait. Patung yang diperkirakan dibuat sekitar milenium keenam sebelum Masehi ini, berusia kurang lebih 7.000 tahun, menambah daftar panjang artefak misterius dari masa lampau.
Bahra 1 dikenal sebagai salah satu permukiman paling awal di Jazirah Arab, dihuni antara tahun 5500 hingga 4900 SM. Di tengah reruntuhan situs prasejarah itu, para peneliti mendapati patung kecil dengan ciri fisik unik: mata menyipit, hidung pesek, dan tengkorak yang memanjang. Bentuk aneh ini menimbulkan banyak spekulasi, apalagi mengingat kemiripannya dengan sosok alien dalam budaya populer saat ini.
Menurut laporan Live Science, patung ini kemungkinan besar merupakan hasil karya budaya Ubaid, kelompok masyarakat kuno dari Mesopotamia yang dikenal lewat tradisi tembikarnya. Komunitas Ubaid sendiri sempat menjalin hubungan erat dengan masyarakat Neolitikum di sekitar Teluk Arab pada masa tersebut. Interaksi antar budaya ini menyebabkan Bahra 1 menjadi pusat pertemuan berbagai pengaruh artistik kuno.
Yang membuat temuan ini semakin menarik adalah bahan pembuatan patungnya. Berbeda dengan keramik lokal seperti “Coarse Red Ware” khas Teluk Arab, patung ini dibuat dari tanah liat Mesopotamia. Ini menunjukkan bahwa budaya Ubaid tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga membawa serta tradisi artistik mereka ke wilayah ini.
Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa patung-patung dari budaya Ubaid sering dijuluki “berkepala kadal,” “mirip burung,” atau bahkan “ophidian” karena bentuk wajahnya yang tidak lazim. Ada teori yang menyebutkan bahwa penampilan tersebut terkait dengan praktik modifikasi tengkorak bayi—tradisi head-shaping yang melambangkan status sosial, budaya, atau afiliasi kelompok tertentu.
Praktik pembentukan kepala ini diketahui sudah dilakukan oleh masyarakat Ubaid sejak milenium kedelapan hingga ketujuh SM, dan berkembang pesat pada milenium kelima SM, terutama di wilayah yang kini menjadi Iran. Penemuan sisa-sisa kerangka manusia di Mesopotamia dengan tanda-tanda deformasi tengkorak menjadi bukti kuat bahwa praktik ini pernah terjadi.
Mesopotamia, tempat asal budaya Ubaid, merupakan wilayah di Asia Barat Daya yang dikenal sebagai “tempat lahir peradaban.” Nama Mesopotamia sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti “antara sungai,” merujuk pada posisi geografisnya di antara Sungai Tigris dan Efrat. Wilayah ini bukan hanya menjadi pusat peradaban awal, tetapi juga menularkan pengaruh budayanya hingga ke lembah Indus, Mesir, bahkan Mediterania.
Sejak zaman Paleolitik, manusia sudah menetap di Mesopotamia, tinggal dalam komunitas kecil dan membangun rumah-rumah berbentuk bundar. Seiring berjalannya waktu, mereka bertransformasi menjadi komunitas agraris dengan keahlian bercocok tanam dan beririgasi, yang sebagian besar merupakan kontribusi budaya Ubaid. Budaya ini pun meletakkan fondasi penting bagi perkembangan peradaban dunia melalui inovasi-inovasi besar seperti tulisan, konsep waktu, dan roda.
Discussion about this post