Suaranusantara.com- PDI Perjuangan diketahui memecat keluarga Presiden ke 7 RI, Joko Widodo atau Jokowi mulai dari anak hingga menantunya.
PDI Perjuangan memecat Jokowi, putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka dan menantunya, Bobby Nasution.
Ketum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri pun memberikan sindiran terkait pemecatan terhadap keluarga Jokowi.
Megawati mengatakan lebih terhormat mundur dibanding dipecat. Hal itu dikatakan Megawati saat menyampaikan pidato politiknya di HUT ke 52 PDI Perjuangan pada Jumat 10 Januari 2025.
“Sekarang sudah, bagi yang enggak senang di sini mundur, wae, begitu, lo, jadi paling tidak ada kehormatan begitu, lo, daripada dipecat,” kata Megawati.
Putri Proklamator RI Soekarno atau Bung Karno itu mengaku sering berbicara soal mundur yang lebih terhormat ketimbang dipecat jika sudah tidak satu cita-cita dengan PDIP.
“Saya makanya sekarang setiap kali ngomong begitu, ya, enggak apa-apa, orang sudah enggak senang lagi, kok, disuruh nongkrong (di PDIP, red),” lanjutnya.
Megawati mengatakan PDI Perjuangan memiliki cita-cita berjuang untuk rakyat. Apabila ada kader yang tidak sejalan maka monggo dipersilakan keluar dari partai berlambang banteng moncong putih itu.
“Kalau kamu tidak suka dengan PDIP, keluar, karena Ibu tahu, di dalam PDIP ini yang ada adalah esensi perjuangan. Kamu pikir kalau kamu tidak seperti ini, yang Ibu ajarkan, kamu apa mikir, akan bisa hattrick kita? Belum tentu. Bisa melorot nggak jelas,” ujarnya.
Megawati juga meminta para elite PDIP tidak terjebak di zona nyaman, tetapi bisa terus bersama rakyat dan merasakan kesusahan wong cilik seperti yang diperintahkan partai.
Megawati mengatakan bahwa bukannya kader PDIP tak boleh hidup lebih sejahtera.
Namun jangan karena terlalu keenakan dnegan kesejahteraan yang baru, hingga tak mau lagi turun serta membela rakyat kecil.
“Ingat, ingat, rakyatmu. Kamu itu partai, lo, bukan perusahaan, lo. Elo kalau mau perusahaan monggo (keluar) wae,” lanjut Ketua Dewan Pengarah BPIP itu.
Megawati mengatakan bahwa sebagai kader PDI Perjuangan maka pikiran harus disatukan dengan hati nurani.
“Etika, moral, dan hati Nurani harus menjadi satu kesatuan pijakan dalam setiap mengambil keputusan,” jelas dia.
Discussion about this post