Denpasar-SuaraNusantara
Ada yang berbeda dalam perhelatan akbar World Culture Forum (WCF) 2016 dibanding penyelenggaraannya yang pertama kali pada tahun 2013 lalu. Dalam rangkaian kegiatan WCF 2016, diselenggarakan pula forum internasional khusus generasi muda, yaitu International Youth Forum. Menariknya lagi, ratusan peserta International Youth Forum tersebut tinggal di rumah penduduk dan bersosialisasi langsung dengan lingkungan budaya Indonesia, di empat desa di Bali.
Sebanyak 173 pemuda yang berasal dari 39 negara turut berpartisipasi dalam International Youth Forum (IYF) 2016. Mereka tinggal di empat desa adat di Bali, yaitu Desa Bedulu, Desa Tenganan, Desan Bongan, dan Desa Panglipuran, dari tanggal 9 s/d 14 Oktober 2016. Melalui sistem home stay seperti itu, seluruh peserta IYF 2016 diharapkan bisa mendapatkan pengalaman baru terkait budaya Bali, dan ikut berkontribusi dalam berbagai diskusi untuk kehidupan dunia yang lebih baik.
Tema yang diangkat dalam IYF 2016 adalah “Budaya Pemuda untuk Transformasi Sosial dan Kesetaraan”. Kegiatan IYF 2016 akan dibagi menjadi empat isu utama, yaitu: (1) Pemuda dan Interaksi Baru dengan Masyarakat; (2) Pemuda dan Cara Baru Kepemilikan; (3) Aktivisme: Mendekonstruksi Pemuda sebagai Ancaman; dan (4) Pemuda dan Masalah Ketidaksetaraan Sosio-Ekonomi.
International Youth Forum (IYF) 2016 dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Hilmar Farid, di Balai Banjar Pura Samuan Tiga, Desa Bedulu, Gianyar, Bali, Minggu (9/10/2016). Dalam sambutannya, Hilmar berharap para peserta dapat mengambil banyak pengalaman dari acara ini.
“Bali memiliki budaya yang sangat kaya. Kebudayaan tidak bisa dipisahkan dalam setiap elemen kehidupan. Nanti kalian bisa melihat anak-anak berumur 3-4 tahun menari, menganyam, dan lain sebagainya dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Hilmar.
Melalui IYF 2016, para peserta diharapkan dapat menambah pengetahuan dan kemampuan dalam menghadapi permasalahan di dunia melalui jalur kebudayaan. “Banyak hal akan kalian dapatkan di sini. Tentunya akan menambah pengetahuan kalian tentang kebudayaan Indonesia, khususnya Bali,” kata Hilmar.
Direktur Warisan Diplomasi Budaya, Nadjamudin Ramly mengatakan, IYF merupakan wadah bagi para generasi muda untuk dapat lebih berperan aktif dalam perkembangan dunia dengan cara yang kreatif dan inovatif. “Kita bangun budaya dari Gianyar untuk alam semesta ini,” ujarnya.
IYF merupakan rangkaian dari kegiatan World Culture Forum 2016, dan menjadi wadah diskusi seluruh generasi muda dari berbagai belahan dunia. Kegiatan World Culture Forum (WCF) 2016 sendiri berlangsung di Bali, pada 10 s/d 14 Oktober 2016. Puluhan narasumber dari berbagai negara menjadi pembicara dalam simposium internasional di WCF 2016.
Ajang Promosi Budaya
Pimpinan Rumah Topeng dan Wayang Setia Dharma (RTWSD), Julian Kemal Pasya mengatakan, melalui WCF 2016, Indonesia bisa lebih memperkenakan kekayaan budaya.
“Dengan adanya WCF 2016 ini untuk memperkenalkan budaya kita. Jadi, di Indonesia apa saja budayanya, ini lho yang kita perkenalkan kepada mereka,” kata dia.
RTWSD dibangun oleh pengusaha industri Hadi Sunyoto yang amat peduli dengan kesenian dan kebudayaan. Tak hanya budaya topeng dan wayang Indonesia, RTWSD pun menampikan koleksi dari berbagai penjuru dunia seperti Eropa dan Rusia.
Sebanyak 5.500 wayang dan topeng telah dihimpun RTWSD sejak 1995. Namun, karena keterbatasan tempat di RTWSD hanya dipamerkan kurang lebih 1.500 topeng dan wayang.
“Sejak tahun 1995, kita mulai mencari dari pinggir Indonesia, Asia, hampir seluruh dunia. Yang tertua ada, mungkin sampai 500 tahun usianya. Itu biasanya didapat dari makam, semacam topeng tembaga. Ada lagi yang dari kayu, dari Kalimantan dan itu punya nilai magis tinggi,” bebernya.
Dalam RTWSD terdapat bermacam galeri, salah satunya galeri yang berisi barong-barong yang dikoleksi beragam. Beberapa di antaranya, barong Bali, Jawa, hingga Tiongkok. Selain menyaksikan ragam topeng dan barong, peserta WCF mempelajari kebudayaan serta menikmati pertunjukan seni musik dan tari.
Dalam gelaran WCF 2016 kali ini, RTWSD yang berlokasi di Jalan Tegal Bingin (Mas, Ubud) Banjar Tengkulak Tengah, Desa Kemenuh, Sukawati, Gianyar, Bali, menjadi salah satu “tempat wajib” yang dikunjungi para peserta dan turis umum.
Selama berkunjung ke RTWSD, para peserta dan turis disajikan pertunjukan seni yang berasal dari beragam daerah di Indonesia, seperti Papua dan Bali. Para tamu pun dibuat terpesona dengan kekayaan seni budaya Indonesia. RTWSD dianggap mewakili seluruh keragaman budaya dan kesenian Indonesia. (eka)