Suaranusantara.com- Pagi ini, pasar mata uang kembali diramaikan oleh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Setelah menunjukkan tren menguat di hari-hari sebelumnya, rupiah kini berada di posisi yang lebih lemah.
Sementara itu, penguatan dollar AS terus mencuri perhatian, didukung oleh data ekonomi Amerika Serikat yang mengesankan. Apakah ini menjadi sinyal perubahan strategi ekonomi di masa depan?
Berdasarkan data Bloomberg hingga pukul 09.14 WIB, rupiah terpantau melemah ke posisi Rp 16.182,5 per dollar AS. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 40 poin atau sekitar 0,26 persen dibandingkan penutupan hari sebelumnya di level Rp 16.142,5 per dollar AS.
Penguatan dollar AS didorong oleh sejumlah data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis baru-baru ini. Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, menjelaskan bahwa indeks dollar AS mengalami kenaikan dibandingkan hari sebelumnya, dari posisi 108,41 menjadi 108,63.
Data Purchasing Managers Index (PMI) sektor jasa untuk Desember mencatatkan kenaikan signifikan ke level 54,1 dari sebelumnya 52,1. Selain itu, data lowongan pekerjaan pada November juga meningkat menjadi 8 juta, melampaui prediksi sebelumnya sebesar 7,8 juta.
“Indikasi ekonomi AS yang kuat ini memberikan dukungan bagi dollar AS untuk terus menguat. Hal ini bisa membuat Federal Reserve menunda rencana pemangkasan suku bunga, yang pada akhirnya memberi tekanan pada rupiah,” ujar Ariston. Ia memprediksi nilai tukar rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp 16.180 hingga Rp 16.200, dengan level support di sekitar Rp 16.100 hingga Rp 16.080.
Sementara itu, mengacu pada kurs tengah Bank Indonesia (Jisdor), nilai tukar rupiah pada Selasa (7/1/2025) tercatat di level Rp 16.169 per dollar AS, sedikit menguat dari posisi Senin (6/1/2025) yang berada di angka Rp 16.193 per dollar AS. Namun, data kurs dari beberapa bank besar menunjukkan variasi angka yang menarik perhatian.
Di Bank BRI, kurs jual dollar AS dipatok pada Rp 16.210, sementara kurs beli berada di Rp 16.150. Bank Mandiri, BNI, BCA, dan CIMB Niaga juga mencatatkan angka yang kompetitif, mencerminkan dinamika pasar valuta asing di dalam negeri.
Dengan data ini, pasar keuangan Indonesia terus memantau perkembangan global untuk menilai dampak lebih lanjut terhadap perekonomian domestik.
Discussion about this post