Suaranusantara.com- Uskup Agung Jakarta Kardinal Suharyo diketahui akan mengunjungi Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto yang tengah menjalani masa tahanan di Rutan KPK Jakarta.
Sebelum, Kardinal Suharyo mengatakan kunjungan ke Rutan KPk menjenguk Hasto Kristiyanto adalah bagian dari pelayanan terlebih sebagai seorang Uskup.
“Pelayanan ini sudah biasa saya lakukan. Kunjungan ke Pak Hasto adalah dalam rangka tugas pelayanan itu,” kata Kardinal Suharyo pada Jumat 11 April 2025.
Namun, rencana Kardinal Suharyo yang akan mengunjungi Hasto itu mendapat kritikan dari tokoh awam gereja Katolik Albertus Emanuel Setu.
Albertus sangat menyayangkan rencana Uskup Agung Jakarta, Yang Mulia Kardinal Ignatius Suharyo, mengunjungi Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang di tahan di Rutan KPK.
Pasalnya rencana kunjungan yang dipublikasikan secara luas melalui media tersebut bisa dilihat sebagai bentuk keberpihakan subyektif Gereja Katolik dalam kasus hukum yang muatan politisnya sangat tinggi.
Sehingga jika kunjungan itu terlaksana dianggap bisa merugikan posisi Gereja Katolik sebagai institusi, daripada sekedar menjalankan tugas pastoral sebagaimana disampaikan Kardinal
“Rencana kunjungan Bapa Kardinal yang di ekspose melalui berbagai media ini sangat disayangkan, apalagi dikaitkan dalam konteks semangat Paskah. Karena Tuhan Yesus disalibkan tanpa kesalahan,” ujar Albertus Emanuel Setu dalam keterangannya, Minggu 13 April 2025.
Kata Albertus, Hasto diduga telah melakukan kesalahan secara hukum sehingga diproses secara hukum dan ditahan dan kasusnya sedang dalam proses saat ini.
Maka dari itu rencana Kardinal Suharyo yang ingin mengunjungi Hasto seharusnya tidak usah dipublikasikan karena bisa menimbulkan kegaduhan.
“Oleh karena itu, kita serahkan ke proses hukum yang sedang berjalan. Kalau Bapa Kardinal mau lakukan kunjungan pastoral bisa dilakukan secara diam-diam saja, ga usah harus dipublikasikan yang bisa menimbulkan kegaduhan dan spekulasi di banyak kalangan, termasuk kami umat Katolik,” kata Albertus.
Albertus mempertanyakan rencana tersebut.
Menurut dia, rencana ini menimbulkan berbagai pertanyaan yang menggantung di kalangan umat Katolik.
Pasalnya umat Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), yang bermasalah dengan kasus hukum dan kasusnya juga menyita perhatian publik, tidak hanya Hasto Kristiyanto.
Melainkan ada sejumlah nama yang ikut terseret dalam kasus hukum besar seperti Harvey Moeis, Tom Lembong hingga Rafael Alun.
“Ada umat Katolik lainnya yang menjadi terdakwa dan saat ini ditahan di Lembaga Pemasyarakatan atau rumah tahanan antara lain, Johny G Plate, kemudian Rafael Alun, Emir Moeis, Tom Lembong dan beberapa nama lainnya. Apakah mereka pernah dikunjungi dalam tugas pelayanan. Jika pernah, kenapa tidak dipublikasikan? Ini kan menjadi pertanyaan yang menggantung bagi umat Katolik. Mengapa dibeda-bedakan dalam pelayanan pastoral,” tegas Albertus.
Lantaran banyaknya pertanyaan bahkan menjadi topik perdebatan di kalangan umat Katolik. Maka pihaknya mengimbau Kardinal Suharyo untuk meninjau kembali rencana mengunjungi Hasto dan atau membatalkan rencana tersebut.
“Ini demi kebaikan bersama, supaya tidak ada komentar miring di kalangan umat. Karena kalau tetap dilakukan, maka umat bisa menyimpulkan ada indikasi lain dalam rangka kunjungan tersebut. Padahal, banyak umat Katolik yang juga mengalami hal yang sama,” ujarnya.
Ia menyebut Ajaran Sosial Gereja Katolik di Indonesia menekankan pentingnya mengamanatkan spirit kebangsaan 100 persen Katolik, 100% Indonesia.
Kalau ada umat yang bertentangan dengan spirit tersebut, maka biarkan proses hukum maupun proses politik yang berlaku.
“Kalau tetap dilakukan, dampaknya sangat tidak baik. Karena akan menimbulkan berbagai pertanyaan dan bahkan akan membenarkan tentang sikap politik Gereja saat ini, yang akhirnya akan mengerucut pada keberpihakan. Sebab sudah muncul persepsi dan stigma di kalangan umat tentang posisi dan sikap politik Gereja, yang memplesetkan Spirit Kebangsaan menjadi 100% Katolik, 100% PDIP,” tegas Albertus.
Discussion about this post