
Deli Serdang-SuaraNusantara
DIDIRIKAN pada 17 Mei 1981 atas inisiatif almarhum Ama Ridwan Zebua, Serikat Tolong Menolong (STM) Ya’ahowu, dalam kurun waktu 36 tahun, sudah menunjukkan kiprah yang menakjubkan, dengan mendirikan sebuah gereja yang dapat menampung 1.000 jemaat. Gereja itu adalah Gereja BNKP Marindal yang berada di Jalan Mekatani, Gang Syukur, Kecamatan Marindal, Kabupaten Deli Serdang.
“Sesuai dengan tujuan didirikannya STM oleh sesepuh kami, bahwa yang diutamakan adalah membina rasa persatuan dan kesatuan di dalam iman serta mencari jiwa-jiwa yang belum bersekutu, maka didirikanlah gereja,” kata Ketua STM Ya’ahowu M. Zega didampingi sekretaris Snk Pint Zendrato yang menjabat masa bhakti 2014-2017 itu kepada SuaraNusantara, baru-baru ini.
Zega menceritakan saat STM didirikan, anggota awalnya 20 kepala keluarga, yang mayoritas merupakan perantau dari Kepulauan Nias, dan bermukim di sekitar kawasan Amplas (ketika itu belum ada Terminal Amplas). Ketika itu almarhum A Ridwan Zebua—yang bertugas sebagai seorang tentara—terpanggil untuk menyatukan saudara-saudara dari Kepulauan Nias yang merantau di Kota Medan.
“Kita berterimakasih dengan inisiatif tersebut, yang kemudian berbuah kebaikan bagi para perantau. Kami juga merasa terpanggil untuk melestarikan upaya yang sudah dikerjakan para pendahulu,” kata M. Zega.
Almarhum—dijelaskan Snk Pint Zendrato—kemudian terpanggil untuk mempersiapkan tempat beribadah bagi anggota STM. Hal itu dilakukan karena banyak anggota yang harus beribadah di gereja-gereja lain dan untuk beribadah di Gereja BNKP Teladan, sangat jauh. Di tahun 1985, disepakatilah untuk beribadah dari rumah ke rumah anggota.

Membeli Pertapakan Gereja
Setelah lima tahun berjalan ibadah dari rumah ke rumah, STM pun membeli pertapakan gereja pada tahun 1990, yang luasnya 14 m x 28 m.
“Ketika itu, mayoritas anggota STM bekerja sebagai pengerajin rotan, dengan penghasilan yang sangat memadai pada masa itu. Mereka merasa tertantang untuk mendirikan gereja, maka kesepakatan itu harus diwujudkan,” kata M Zega.
Tahun 1991 dilakukanlah peletakan batu pertama pembangunan Gereja BNKP Marindal, yang penabisannya pada Minggu 10 November 2010 oleh Ephorus BNKP yang saat itu dijabat Pdt K Hia MTh.
Setelah berdiri dan selesai pembangunan gereja tersebut, seluruh anggota STM yang kini sebanyak 110 kepala keluarga, menjalankan ibadah minggu di Gereja BNKP Marindal.
Menurut Snk Pin Zendrato, dengan anggota yang mencapai 500 jiwa lebih, pengurus STM yang juga terlibat dalam kepanitiaan pembangunan gereja, memandang perlu memperluas pertapakan gereja.
“Kami pun memutuskan untuk membeli pertapakan yang berada di sebelah kanan gereja seluas 14 meter x 28 meter. Kami rencanakan untuk membangun gedung Komisi Pelayanan Anak, yang di bawahnya akan dipergunakan sebagai lokasi perparkiran,” kata Pin Zendrato yang mengaku bahwa untuk rencana pembangunan tersebut, pantianya sudah terbentuk.

Gedung Adat dan Pesta Perkawinan
Rencana ke depan, pengurus STM Ya’ahowu ingin membeli pertapakan yang berada di belakang gereja, yang akan dijadikan lokasi perparkiran dan tempat yang berada di bawah gedung Komisi Pelayanan Anak, akan dijadikan sebagai Gedung Adat dan Pesta Perkawinan.
“Mengikuti perkembangan yang ada, dan untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan adat, pesta perkawinan atau acara lainnya, kami memandang perlu mempersiapkan sebuah gedung khusus untuk itu. Selama ini kan, kalau ada acara pesta perkawinan atau kegiatan lain, kita menyewa wisma atau gedung. Kan lebih baik lagi, kalau kita punya gedung sendiri,” kata Pin Zendrato.
Kemudian, dalam waktu dekat ini, pada 17 Mei 2017, STM Ya’ahowu akan menggelar pesta ulang tahun ke-36, sekaligus memilih kepengurusan baru. “Bulan Mei, kami akan pesta ulang tahun, sekaligus memilih pengurus baru,” kata Pin Zendrato.
Penulis: Ingot Simangunsong