Suaranusantara.com – Pada awal perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari Selasa, 3 Oktober 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau.
Pukul 9.10 WIB, IHSG berada pada level 6.967,79, mengalami kenaikan sebesar 0,09 persen atau 6,3 poin dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di level 6.961,45.
Terdapat 190 saham yang mengalami kenaikan harga, sementara 212 saham berada di zona merah, dan 193 saham stagnan. Volume perdagangan mencapai 2 miliar saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 879 miliar.
Baca Juga :Â Saham Disney Turun, Instacart Mengalami Kenaikan Pasca-IPO
William Hartanto, pendiri WH Project, menyatakan bahwa IHSG memiliki peluang untuk melanjutkan penguatan. Secara teknikal, ada potensi untuk “buy on weakness” di awal bulan ini.
IHSG juga bergerak dalam tren sideways di kisaran 6.900 – 7.000. Namun, perlu diingat bahwa secara teknikal, IHSG juga membentuk pola double top dengan indikasi bearish, meskipun belum terkonfirmasi. Analisis memproyeksikan bahwa IHSG akan bergerak dengan kecenderungan menguat dalam rentang 6.900 – 7.077.
Sementara itu, mayoritas pasar saham di Asia mengalami penurunan. Nikkei Jepang turun 1,4 persen, Strait Times melemah 0,8 persen, dan Hang Seng Hong Kong turun 2,9 persen.IHSG
Baca Juga :Â Saham Terus Turun, Perusahaan Tupperware Terancam Bangkrut dan PHK Karyawan ?
Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot melemah menjadi Rp 15.596 per dolar AS pada pukul 09.08 WIB, turun 66 poin atau 0,43 persen dibandingkan dengan penutupan sebelumnya. Pelemahan rupiah disebabkan oleh ekspektasi pasar terkait suku bunga tinggi AS yang diperkirakan akan berlangsung lebih lama.
Inflasi yang stabil di dalam negeri tampaknya belum cukup untuk mengimbangi penguatan dolar AS terhadap rupiah.
Selain itu, indeks PMI manufaktur AS dari ISM untuk bulan September menunjukkan tanda-tanda pemulihan dengan naik ke angka indeks 49 dari sebelumnya 47,7.
Baca Juga :Â IHSG Awal Pekan Diperkirakan Menguat Terbatas
Hal ini menunjukkan adanya tanda-tanda pemulihan ekonomi yang mendukung kebijakan suku bunga tinggi untuk mengendalikan inflasi. Di sisi lain, indeks dollar AS juga menguat, dan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS terus naik.(kml)
Discussion about this post